Si Biola Yang Ku Rindukan Part 1
by
Namaku anda
- 05.27
Malam itu seperti biasanya, jam pulang kuliahku yang larut malam membuatku ingin merebahkan diriku ditempat tidur secepatnya. Kebiasaan ku dan teman-teman kalau sudah pulang terlalu malam selalu pulang bersama dengan temanku yang rumahnya searah denganku. Namun malam itu kota Medan sepertinya akan menangis, aku tak enak hati untuk memaksa temanku mengantarku pulang sampai kedepan rumah, akhirnya aku turun ditempat pemberhentian angkot. Alhamdulillah kebetulan masih ada angkot terakhir yang akan menuju kearah rumahku, maklumlah lumayan susah angkot kalau sudah lewat jam 9 malam. Sayangnya angkot yang akan aku tumpangi sangatlah penuh nyaris tak ada tempat duduk yang tersisa, tapi aku tak punya pilihan jika tidak kunaiki bagaimana aku akan pulang kerumah malam itu..?? akhirnya aku putuskan menaiki angkot tersebut. Seandainya aku tidak mengambil keputusan itu mungkin kita, aku dan kamu tidak akan pernah ketemu.
Ada saja cara Tuhan untuk mempertemukan manusia. Aku bersyukur malam itu setelah semua letih ku, lelah ku aku bertemu denganmu, pria berwajah sendu yang tersenyum padaku sambil memeluk erat tas biolanya. Kamu memberiku ruang untuk duduk disebelahmu, padahal kamu juga tau sepertiga dari tubuhkupun tidak cukup mendapatkan ruang yang kamu berikan, tapi aku tetap sangat berterima kasih padamu malam itu. Selama perjalanan yang memakan waktu sangat singkat, aku tak berhenti menunduk malu, tak berani menatapmu yang tepat disebelahku. aku masih dapat melihat kamu menatapku serius seakan memastikan apakah aku baik-baik saja? kamu berkali-kali membetulkan posisi tas biolamu agar tidak mempersulitku. Jujur saat itu aku berharap keadaan ini secepatnya berlalu karena kakiku sudah tak mampu menahan tubuhku yang setengah berjongkok ini, tapi tidak bisa dipungkiri aku ingin berlama-lama juga denganmu. Kita baru pertama ketemu tapi aku sudah merasakan kehangatan mu, entah aku yang baper atau kamu yang kelewat baik. Kamu berusaha menahan lenganku ketika angkot berhenti mendadak dan aku hampir terjatuh, tidak tahu mengapa jantungku tidak normal berdetak ada rasa malu kenapa harus seburuk ini pertemuan kita, tidak adakah momen yang lebih baik untuk kita bertemu?. Ku beranikan diri untuk mengucapkan terima kasih padamu dan kau memberikan senyuman yang membuatku tak pernah lupa. Mulai malam itu aku berharap agar bisa bertemu dengan mu lagi.
Setelah malam itu setiap malam aku selalu berusaha pulang naik angkot yang sama dijam yang sama juga tapi sepertinya Tuhan ingin aku belajar bersabar untuk bisa kembali bertemu denganmu. Hari pertama, aku masih bersemangat untuk bertemu lagi denganmu, begitupun hari kedua sampai hari kelima. Dan akhirnya setelah hari keenam aku menyerah dan aku memutuskan untuk tidak berharap bertemu lagi dengan mu. Aku pulang seperti biasa, larut malam dan kehujanan karena memang pada bulan itu curah hujan lumayan tinggi. Ku kenakan jaket ku dan masker wajahku, karena aku sangat benci bau kendaraan bermotor. Entah kebetulan atau takdir baju, tas serta jilbab yang ku kenakan sama persis dengan apa yang aku kenakan saat bertemu denganmu, dan baru aku sadari itu adalah hari yang sama saat kita bertemu. Aku tersenyum sinis menyadari itu, dan kembali fokus dengan layar hp ku membalas chat dari temanku.
Cukup lama aku duduk menunggu angkot yang tak kunjung penuh itu, aku ingat betul posisi dudukku dimana saat itu, karena baru aku dan seorang ibu-ibu yang mengisi angkot itu. Sampai pada akhirnya aku tak percaya dengan apa yang aku lihat seorang pria berjaket menggendong tas biola memasuki angkot itu dan duduk tepat dihadapanku. Aku masih serius mencuri-curi pandang kepadamu, meyakinkan diriku apakah benar itu kamu? seseorang yang kehadirannya aku tunggu beberapa hari ini. Aku terus memperhatikanmu dan mengontrol detak jantungku yang tidak karuan. Aku berusaha tenang, agar tidak dicurigai oleh mu, namun sepertinya kamu sadar ada seseorang yang memperhatikanmu diam-diam dibalik maskernya. Kamu berbalik memperhatikanku dibalik tablet mu, aku berusaha kalem seakan tidak terjadi apa-apa. Padahal dalam hati aku meronta, ingin ku tanyakan padamu masihkah ingat denganku? cewek ribet yang tempo hari kamu selamatkan dari rasa malu? iya itu aku, cewek yang membuatmu berbagi tempat duduk.