KEKUATAN CINTA PERTAMA

by - 21.37



Kekuatan Cinta Pertama
“aku yakin kekuatan cinta pertamalah yang mempertemukan kita kembali Nina!” aku bergetar memegang tangannya. “lepas lah Don… Meski pun cinta pertama adalah cinta yang berbeda dari cinta lainnya, tapi kamu harus tahu, aku bukan cinta pertamamu yang dulu, aku juga sudah berbeda Don!” tegasNina sambil menghempaskan tangan ku. Aku yakin kekuatan cinta pertama yang membawa ku kembali ke kota ini dan kekuatan cinta pertamalah yang mampu mempertemukan ku dengan wanita ini. Wanita berwajah sayu, berhidung pesek dan bermata sendu inilah yang kusebut cinta pertama.Bukan hal yang mudah untuk mendapatkannya dulu.Pengorbanan yang besar lah yang mengalahkan rasa malu dan takut ku. Dia wanita yang paling indah, wanita yang paling pintar, wanita yang paling dikagumi, tetapi dia juga wanita yang tidak mudah untuk didapatkan, tidak mudah untuk memberikan senyuman pada pria-pria yang memujanya.Singkat cerita, aku mulai berpacaran dengannya di bangku SMA. Kami sama-sama mengenyam pendidikan di kelas 2 SMA, tentu saja dengan kelas yang berbeda, ya..dia kelas pintar dan aku hanya kelas biasa. Tapi itu bukan menjadi tembok bagi kami. Rasa saling mengasihi mampu melewati tembok yang tinggi itu. Selayaknya muda-mudi yang jatuh cinta kami pun mengalaminya, rasa bahagia, cemburu, sedih, bertengkar, jalan bareng, kami juga merasakannya.
Bahkan kenangan – kenangan itu masih tersusun rapi dilaci-laci otakku.Tak mau pergi, berotasi selamanya di otakku dan tumbuh berkembang di uluh hatiku.Cinta pertama itu seperti mempunyai nyawa yang hidup dan tumbuh subur di hari-hariku. Kalian tahu, bukan aku tak mencoba mencari cinta yang lain. Sempat ada cinta kedua, ketiga dan beberapa cinta yang lainnya. Tapi nafasnya berbeda, detak jantungnya pun tak seirama. Ya..semua cinta berlalulalang  begitu saja. Aku ingin merasakannya lagi, denyut nadi yang sama seperti denyut nadi 7 tahun yang lalu.1 tahun berjalan bersama dengan cinta pertama rasanya sangat singkat. Rasanya masih terlalu sedikit kenangan yang tercipta, membuat ku penasaran dengan keadaannya. Masihkah dia mengingat ku..?? ataukah dia masih mencintaiku..??.
Aku Doni Prihadi, pria keturunan jawa yang sekarang menetap di kota Tangerang. Terbilang sukses sih enggak…ya hanya mapan saja,wajah pun nggak terlalu ganteng, standard lah untuk seorang pengusaha muda. Boleh dikatakan pria sukses, hanya saja kurang sukses karena belum memiliki pendamping hidup.Bukan karena aku tak laku, hanya saja aku belum mampu untuk menggantikan posisi Nina dihatiku.Aku yang salah meninggalkan cinta pertama ku ini tanpa kabar, aku hanya tak ingin dia merasa kecewa dengan keadaan ku yang dulu yang serba sederhana, berbeda jauh dengannya.Wanita keturunan batak yang mempunyai kehidupan serba bercukupan ini yang memberi ku motivasi untuk menjadi pria sukses.Setelah menerima izajah SMA, aku terbang meninggalkan kota Medan dan cinta pertama ku. Sudah 7 tahun dan hari ini aku kembali lagi ke kota Medan ini, tentunya cinta pertamalah yang menjadi alasanku untuk kembali.Rumah bibi di Pangkalan Brandantidak ada yang berubah, yang berbeda hanyalah aku tak mengenakan lagi pakaian putih abu-abu yang menjadi pakain dinasku. Sekarang aku bukan lagi anak laki-laki yang naik dan turun angkot,  aku sudah menjadi pria yang menyetir mobil hasil jerih payahku sendiri.  Hari pertama di Medan, aku bergegas memacu roda empat ku menuju bangunan mewah bertingkat yang aku sebut sekolah. Membayangkan saat pertama kali bertemu dengan Nina Ardiani Hasibuan, Tuhan bagaimana keadaannya..?? masihkah hidungnya pesek seperti dulu…?? Aku tertawa dibalik kaca mobil membayangkan 7 tahun yang lalu, pertemuan, perjalanan dan akhirnya perpisahan.Duduk bersantai di kantin sekolah sambil menenggak minuman botol. Melihat mereka memakai seragam putih abu-abu rasanya aku iriTuhan .Jika saat ini ada jin yang keluar dari minuman botol ini aku tidak minta 3 permintaan, aku hanya minta 1 permintaan,”Tolong pertemukan aku dengan wanita yang dulu pernah mengisi senjaku, wanita yang setia menjadi embunku, wanita yang memberikan senyumannya hanya untukku”. Tak ada yang berubah dari sekolah ini masih sama seperti dulu, aku menutup pintu mobil dan pergi meninggalkan sekolah elit ini. Tak ada tujuan, aku ingin mencari cinta pertama ku, tapi alamatnya pun aku tak punya, teman seangkatannya pun tak tau kemana ia pindah. Ini hari ke 14 aku di kota Medan, rasanya aku ingin pulang tapi masih saja bayangannya menghantuiku. Aku tak bisa pulang sebelum bertemu dengannya.2 minggu disini aku hanya menghabiskan waktu dengan teman-temanku yang dulu.Sore ini aku janji bertemu dengan teman akrabku dulu. Aku Melintasi jalan setia budi, mataku tertuju pada seorang wanita muda memiliki paras ayu, yang sedang menatap ke arah jalanan setia budi ini dengan penuh arti, seperti aku pernah mengenal mata wanita itu. Aku tak berani mencoba menghampirinya, disampingnya berdiri pria tampan yang sejak awal memegang tangannya.
Bayangan wanita itu berotasi di otakku, menjalar keotak kiri dan membias ke otak kanan.Aku pergi mengambil kunci mobil menuju jalan setia budi, berharap bertemu lagi dengan wanita itu.Hari ini aku bukan hanya beruntung tapi sangat-sangat beruntung.Aku melihatnya..!Wanita itu!, bahkan sendirian tidak dengan pria yang menemaninya seperti seorang bodyguard. Kali ini aku beranikan diri untuk menghampirinya, untuk sekedar bertanya namanya. “Haii….? Sapa ku mengagetkan lamunannya. “Kok melamun sendirian..? saya lihat dari kemarin kamu melamun di tempat ini tepat selalu jam segini..??, Kenalkan namaku Doni.. namaKamu…? Aku mengulurkan tangan.Dia menoleh sekilas, menjabat tangan ku.Nama ku nina!”, kamu boleh pergi sekarang..!!” ucapnya lantang tanpa melihat kearahku.Aku tak lupa suaranya, aku tak lupa lembut tangannya, bahkan aku masih ingat sorot matanya.Terima kasih cinta, hari ini kau pertemukan aku dengannya. “Nina…. Ini aku Doni…?? Kamu lupa..??. Dia menoleh lagi kearahku, memandang lekat wajah ku, meyakinkannya apakah dia pernah mengenal sosok Doni. Aku yakin dia pasti lupa, tidak pantas dia mengingatku. Dia memelukku erat, menangis di pundak ku, aku terkejut dengan apa yang dia lakukan. “Nina ini jalanan, dan mata orang semua tertuju pada kita” ucapku menegur.Dia melepaskan pelukannya, mengusap bulir air matanya, merapikan hijabnya.Belum sempat dia menjawab pertanyaanku, dia lantas pergi menuju sebuah mobil mewah yang diparkir di seberang jalan.Ya kalian pasti tau jawabannya pria yang waktu itu, menunggunya didalam mobil, kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Aku hanya bisa terdiam berharap esok senja bertemu dengannya lagi di tempat yang sama.
Hari ini aku bersemangat untuk menemuinya lagi, aku tak takut dengan pria itu, sebelum ia menjadi suami Nina, aku masih berhak berusaha mendekatinya. Ya walaupun aku sadar, aku tak yakin bisa mendapatkan wanita yang pernah ku tinggalkan itu lagi.Aku menunggunya, 30 menit dia tak muncul di tempat ini. Hingga malam pun dia tak datang, apa aku melukai perasaannya? Apa dia tau aku akan datang..? Aku pulang dengan kecewa.Aku berusaha menunggunya di tempat itu lagi, setiap hari, setiap sore, tapi dia tak pernah muncul.  Sampai pada hari terakhir aku di kota ini, aku berusaha menunggunya lagi, sore hari, aku tak melihatnya tapi ada mobil yang sama waktu itu yang parkir di seberang jalan.Kulihat pintu mobil terbuka, keluar pria tampan dengan pakain rapi, tentu saja aku pernah melihatnya beberapa kali, dia menghampiriku. Untuk apa dia kesini? Pikir ku dalam hati.
Dia sudah ada dihadapanku, “Kamu doni kan..?? Kenalin aku Risky..! sepupunya nina.” Sialan jadi selama ini dia cuma sepupunya Nina?Tolol banget aku udah cemburu.  Oh…. Iya aku Doni, salam kenal” ucapku singkat. Baru juga datang dia sudah mengajak ku pergi, berbicara ditempat lain yang lebih nyaman. Aku mengikutinya, dan sampailah kami di salah satu restoran mewah.
“ Don…saya tau usaha kamu untuk mencari Nina seminggu ini..! saya melihatmu setiap sore di jalan itu. Tapi orang yang kamu tunggu tidak datang, Nina tak disini lagi don..Pertemuan kalian yang pertama itulah hari terakhir dia dikota ini.” Selera makan ku hilang.Aku tak dapat berkata apa-apa.,. Tanpa bertanya Risky memulai pembicaraannya lagi. “Aku tak bisa menjelaskan bagaimana keadaanya sekarang, yang aku tau dia masih mengingat mu, dia tak pernah berhenti bercerita tentang dirimu, dia sangat ingin bertemu denganmu menceritakan segalanya, tapi dia takut kecewa dengan sikapmu nanti setelah tau bagaimana keadaannya. Don aku tidak dapat membantu mu apa-apa, aku hanya dapat memberikan ini (mengeluarkan secarik kartu nama) ini alamat rumah Nina yang baru, temuilah dia, dan jelaskan perasaanmu”. Aku mengambilnya, “Tangerang…??? Astaga selama ini dia di Tangerang..!! kenapa aku tidak merasakan dia sedekat itu denganku.Aku pergi meninggalkan Risky tanpa mengucapkan terima kasih.
Malam itu juga aku terbang menuju Tangerang. Aku tak tau apa yang kurasakan. Bahagia? Pasti, aku juga penasaran maksud perkataan Risky… bagaimana keadaannya..? masih seperti dulukah..? aku tak sabar menemuinya esok pagi.Mengapa pagi terasa lebih lama dari biasanya, atau aku yang tak sabar untuk segera bertemu dengannya. Pagi sekali aku sudah rapi, mobil sudah bersih dan aku pun segera menuju alamat yang ada dikartu nama itu.
Ini..ini rumahnya, mewah sekali pasti dia sudah menjadi orang sukses. Aku tak sabar ingin menunjukan pada orangtuanya diriku yang sekarang. Ting…tong… ku pencet belnya berkali-kali tak ada jawaban. “Cari siapa mass…?” ucap seorang wanita tua membukakan pintu.“ Nina, ada bu..?? boleh saya bertemu dengannya?. Tanyaku cepat.“ NonNinanya nggak ada mas, kalau jam segini biasanya non Nina di taman depan kompleks mas, coba deh liat kesana.” Aku langsung menuju arah taman. Jantung ku bereaksi, mulai mempercepat denyutnya ketika taman sudah nampak di depan mataku. Nina kamu dimana..? aku tak sabar melihat wajahmu lagi. Disana di bawah pohon rindang tampak seorang wanita muda duduk dibawahnya.Aku segera menghampirinya, dia kaget tak percaya. “Nin…. Maaf aku mengganggumu lagi?” sapaku.Dia menoleh kearahku.Aku duduk disebelahnya. “Doni..? kenapa kamu bisa ada disini..??. “ panjang ceritanya Nin, bagaimana keadaanmu..?? Nin kenapa kamu menghindar waktu itu, aku menunggu mu setiap hari..?” ucapku memelas. “ Keadaanku seperti yang kamu lihat ini, aku bukan menghindar, aku hanya kaget akan pertemuan kita secara tiba-tiba, maafkan aku yang tidak dapat menjelaskannya saat itu.” Jawabnya dengan wajah murung.“ Tak apa Nin….aku kangen kamu Nin..?maafNin aku meninggalkan mu waktu itu, aku hanya ingin mengejar cita-cita ku, untuk membuktikan kepada orang tua mu. Nin mungkin aku laki-laki yang paling tolol, karena udah pernah ninggalin kamu, Nin aku bertemu kamu hanya ingin minta maaf, apa kamu mau maafin aku Nin?”.Aku langsung mengungkapkan perasaan ku pada wanita ini, aku tak ingin menyianyiakan waktu lagi.“ Aku sudah memaafkanmu jauh-jauh hari, karena aku tau kamu pasti punya alasan meninggalkanku.” Jawabnya biasa.Tuhan ternyata dia masih wanita yang kukenal dulu.
Pagi itu adalah pagi yang paling indah di kota Tangerang menurutku. “Nin kalau aku boleh minta maukah kau menjadi pendamping hidupku..?? Aku tak ingin menjadikan mu pacar, aku ingin menjadikan mu ibu bagi anak-anakku nanti Nin..? ucapku gemetar. Aku ingin mengunggkapkannya hari ini juga, tak ingin membuang banyak waktu.Aku takkan ingin impian itu hanya tertanam dalam mimpi, aku ingin mewujudkannya. “Aku gak bisa Don, aku minta maaf”, dia meneteskan air mata. “Kenapa Nin..? kamu sudah punya pacar..?? aku dengar dari risky kamu belum punya siapa pun dalam hidupmu..?bukankah umur kita sudah sewajarnya untuk memiliki pasangan hidup?. “ Don aku tak pernah mencoba berpindah kelain hati, bukan karena umur don, aku tak yakin kau mau menerima apa adanya aku lagi don.” Aku menerima Nin, aku menerima segela apa pun adanya kamu, percayalah cinta pertama ku. “Aku yakin kekuatan cinta pertamalah yang mempertemukan kita kembali Nina!” aku bergetar memegang tangannya. “Lepas lah Don… meski pun cinta pertama adalah cinta yang berbeda dari cinta-cinta lainnya, tapi kamu harus tau, aku bukan cinta pertamamu yang dulu, aku juga sudah berbeda Don!” Nina menghepaskan tangan ku.“Apa?Apa yang berbeda dari mu..? kamu masih Nina yang dulu, Nina yang masih sangat aku cintai?. “Don aku berbeda, apa kamu mau menerima ku dengan keadaan ku ini.” Dia membuka roknya, aku terkejut, ketika dia melepaskan kaki palsunya. “Ini don, kamu mau menerimanya..? Aku tak mencari cinta yang lain karena aku takut tak ada yang menerima ku dengan kekurangan  ini. Hari itu aku tau kamu akan berangkat ke Tangerang aku ingin segera menyusul mu Don, dan ingin segera mengatakn bahwa orang tuaku telah menyetujui hubungan kita, aku, ayah dan ibu, berada dalam 1 mobil Don, kamu masih ingat tempat pertama kau menemuiku di Medan? Ya ditempat itulah don, aku dan orang tua ku mengalami kecelakaan saat hendak bertemu dengan mu dibandara. Alhamdulilah aku selamat hanya kaki kanan ku yang tak tertolong, aku terpukul ketika tau orang tua ku meninggal Don.Aku pindah ke Tangerang untuk melupakan segala kenangan yang ada di Medan, aku ingin menemuimu tapi aku takut kau tak menerima ku”.Aku bagai disambar petir, bibirku kaku, tak mampu mengucapkan apapun.Rasanya ingin kubunuh diriku sendiri saat itu.“ Nin maaf aku tak tau akan seperti ini kejadiannya, aku minta maaf Nin….” Aku bersujud dihadapannya. “Tak apa lah don, aku memaafkan mu dan ini bukan kesalahan mu, mungkin ini takdirku.” Ucapnya dengan mata yang sendu.“ Nina ardiani… maukah kau menikah dengan ku..?” “ aku bersedia jika kau bersedia menerima ku dengan satu kaki don, aku mencintai mu!”. “ Nin, kaki yang dua ini lah yang akan membantu mu berjalan menghabiskan waktu terakhir kita, karena aku yakin kekuatan cinta pertama mengalahkan segalanya Nin!”.

You May Also Like

0 komentar