KEKUATAN CINTA PERTAMA
Kekuatan
Cinta Pertama
“aku
yakin kekuatan cinta pertamalah yang mempertemukan kita kembali Nina!” aku bergetar memegang tangannya.
“lepas lah Don…
Meski pun cinta pertama adalah cinta yang
berbeda dari cinta lainnya, tapi kamu harus tahu, aku bukan cinta pertamamu yang dulu,
aku juga sudah berbeda Don!” tegasNina sambil menghempaskan tangan ku. Aku yakin kekuatan
cinta pertama yang membawa ku kembali ke kota ini dan kekuatan cinta pertamalah
yang mampu mempertemukan ku dengan wanita ini. Wanita berwajah sayu, berhidung
pesek dan bermata sendu inilah yang kusebut cinta pertama.Bukan hal yang mudah
untuk mendapatkannya dulu.Pengorbanan
yang besar lah
yang mengalahkan rasa malu dan takut
ku.
Dia wanita yang paling indah, wanita yang paling pintar, wanita yang paling
dikagumi, tetapi dia juga wanita yang tidak mudah untuk didapatkan, tidak mudah
untuk memberikan senyuman pada pria-pria yang memujanya.Singkat cerita, aku
mulai berpacaran dengannya di bangku SMA. Kami
sama-sama mengenyam pendidikan di kelas 2 SMA, tentu saja dengan kelas yang
berbeda, ya..dia kelas pintar dan aku hanya kelas biasa. Tapi itu bukan menjadi
tembok bagi kami. Rasa
saling mengasihi mampu melewati tembok yang tinggi itu. Selayaknya muda-mudi
yang jatuh cinta kami pun mengalaminya, rasa bahagia, cemburu, sedih, bertengkar, jalan bareng, kami juga
merasakannya.
Bahkan kenangan – kenangan itu masih tersusun rapi dilaci-laci
otakku.Tak mau pergi, berotasi selamanya di otakku dan tumbuh berkembang di
uluh hatiku.Cinta
pertama itu seperti mempunyai nyawa yang hidup dan tumbuh subur di hari-hariku.
Kalian tahu, bukan
aku tak mencoba mencari cinta yang lain. Sempat
ada cinta
kedua, ketiga dan beberapa cinta yang lainnya. Tapi nafasnya berbeda, detak
jantungnya pun tak seirama. Ya..semua cinta berlalulalang begitu saja. Aku ingin merasakannya lagi,
denyut nadi yang sama seperti denyut nadi 7 tahun yang lalu.1 tahun berjalan
bersama dengan cinta pertama rasanya sangat singkat. Rasanya masih terlalu sedikit kenangan yang tercipta,
membuat ku penasaran dengan keadaannya. Masihkah
dia mengingat ku..?? ataukah dia masih mencintaiku..??.
Aku Doni Prihadi, pria keturunan jawa yang sekarang
menetap di kota Tangerang.
Terbilang
sukses sih enggak…ya hanya mapan saja,wajah pun nggak terlalu ganteng, standard lah untuk seorang pengusaha
muda. Boleh dikatakan pria sukses,
hanya saja kurang sukses karena belum memiliki pendamping hidup.Bukan karena
aku tak laku, hanya saja aku belum mampu untuk menggantikan posisi Nina dihatiku.Aku yang salah meninggalkan
cinta pertama ku ini tanpa kabar, aku hanya tak ingin dia merasa kecewa dengan
keadaan ku yang dulu yang serba sederhana, berbeda jauh dengannya.Wanita keturunan
batak yang mempunyai kehidupan serba bercukupan
ini yang memberi ku motivasi untuk menjadi pria sukses.Setelah menerima izajah SMA, aku terbang meninggalkan kota Medan dan
cinta pertama ku. Sudah 7 tahun dan hari ini aku kembali lagi ke kota Medan ini, tentunya cinta pertamalah yang menjadi
alasanku untuk kembali.Rumah
bibi di Pangkalan Brandantidak ada yang berubah, yang berbeda hanyalah aku tak mengenakan lagi pakaian
putih abu-abu yang menjadi pakain dinasku. Sekarang aku bukan lagi anak
laki-laki yang naik dan turun angkot, aku sudah menjadi pria yang menyetir mobil
hasil jerih payahku sendiri. Hari
pertama di Medan, aku bergegas memacu roda empat ku menuju bangunan mewah
bertingkat yang aku sebut sekolah. Membayangkan saat pertama kali bertemu
dengan Nina Ardiani Hasibuan, Tuhan
bagaimana keadaannya..?? masihkah hidungnya pesek seperti dulu…?? Aku tertawa
dibalik kaca mobil membayangkan 7 tahun yang lalu, pertemuan, perjalanan dan
akhirnya perpisahan.Duduk bersantai di kantin sekolah sambil menenggak minuman
botol. Melihat
mereka memakai seragam putih abu-abu rasanya aku iriTuhan .Jika saat ini ada jin yang keluar
dari minuman botol ini aku tidak minta 3 permintaan, aku hanya minta 1
permintaan,”Tolong pertemukan aku dengan wanita yang dulu pernah mengisi
senjaku, wanita yang setia menjadi embunku, wanita yang memberikan senyumannya
hanya untukku”. Tak ada yang berubah dari sekolah ini masih sama seperti dulu,
aku menutup pintu mobil dan pergi meninggalkan sekolah elit ini. Tak ada
tujuan, aku ingin mencari cinta pertama ku, tapi alamatnya pun aku tak punya,
teman seangkatannya pun tak tau kemana ia pindah. Ini hari ke 14 aku di kota
Medan, rasanya aku ingin pulang tapi masih saja bayangannya menghantuiku. Aku
tak bisa pulang sebelum bertemu dengannya.2 minggu disini aku hanya
menghabiskan waktu dengan teman-temanku yang dulu.Sore ini aku janji bertemu dengan teman
akrabku dulu. Aku Melintasi jalan setia budi, mataku tertuju pada seorang
wanita muda memiliki paras ayu, yang sedang menatap ke arah jalanan setia budi ini dengan
penuh arti, seperti aku pernah mengenal mata wanita itu. Aku tak berani mencoba
menghampirinya, disampingnya berdiri pria tampan yang sejak awal memegang tangannya.
Bayangan
wanita itu berotasi di otakku, menjalar keotak kiri dan membias ke otak kanan.Aku
pergi mengambil kunci mobil menuju jalan setia budi, berharap bertemu lagi
dengan wanita itu.Hari ini aku bukan hanya beruntung tapi sangat-sangat
beruntung.Aku
melihatnya..!Wanita
itu!, bahkan
sendirian tidak dengan
pria yang menemaninya
seperti seorang
bodyguard. Kali ini aku beranikan
diri
untuk menghampirinya, untuk
sekedar bertanya namanya. “Haii….?
Sapa ku mengagetkan lamunannya. “Kok melamun sendirian..? saya lihat dari
kemarin kamu melamun di tempat ini tepat selalu jam segini..??, Kenalkan namaku Doni.. namaKamu…? Aku mengulurkan tangan.Dia menoleh
sekilas, menjabat tangan ku.“
Nama ku nina!”, kamu boleh pergi
sekarang..!!” ucapnya lantang tanpa melihat kearahku.Aku tak lupa suaranya, aku
tak lupa lembut tangannya, bahkan aku masih ingat sorot matanya.Terima kasih cinta, hari ini kau pertemukan aku dengannya.
“Nina…. Ini aku Doni…?? Kamu lupa..??. Dia menoleh lagi kearahku, memandang
lekat wajah ku, meyakinkannya apakah dia pernah mengenal sosok Doni. Aku yakin dia pasti lupa, tidak
pantas dia mengingatku. Dia memelukku erat, menangis di pundak ku, aku terkejut dengan apa yang dia lakukan. “Nina
ini jalanan, dan mata orang semua tertuju pada kita” ucapku menegur.Dia melepaskan pelukannya,
mengusap bulir air matanya, merapikan hijabnya.Belum sempat dia menjawab
pertanyaanku, dia lantas pergi menuju sebuah mobil mewah yang diparkir di seberang
jalan.Ya kalian pasti tau jawabannya pria yang waktu itu, menunggunya didalam
mobil, kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Aku hanya bisa terdiam berharap esok
senja bertemu dengannya lagi di tempat yang sama.
Hari
ini aku bersemangat untuk menemuinya lagi, aku tak takut dengan pria itu,
sebelum ia menjadi suami Nina,
aku masih berhak berusaha mendekatinya. Ya walaupun aku sadar, aku tak yakin
bisa mendapatkan wanita yang pernah ku tinggalkan itu lagi.Aku menunggunya, 30
menit dia tak muncul di tempat ini. Hingga malam pun dia tak datang, apa aku melukai
perasaannya? Apa dia tau aku akan datang..? Aku pulang dengan kecewa.Aku berusaha
menunggunya di tempat itu lagi, setiap hari, setiap sore, tapi dia tak pernah
muncul. Sampai pada hari terakhir aku di
kota ini, aku berusaha menunggunya lagi, sore hari, aku tak melihatnya tapi ada
mobil yang sama waktu itu yang parkir di seberang jalan.Kulihat pintu mobil
terbuka, keluar pria tampan
dengan pakain rapi, tentu saja aku pernah melihatnya beberapa kali, dia
menghampiriku. Untuk apa dia kesini? Pikir ku dalam hati.
Dia
sudah ada dihadapanku, “Kamu
doni kan..?? Kenalin
aku Risky..!
sepupunya nina.” Sialan jadi selama ini dia cuma sepupunya Nina?Tolol banget aku udah cemburu. “Oh….
Iya aku Doni,
salam kenal” ucapku singkat. Baru juga datang dia sudah mengajak ku pergi,
berbicara ditempat lain yang lebih nyaman. Aku mengikutinya, dan sampailah kami
di salah satu restoran mewah.
“
Don…saya tau usaha kamu untuk mencari Nina
seminggu ini..! saya melihatmu setiap sore di jalan itu. Tapi orang yang kamu
tunggu tidak datang, Nina
tak disini lagi don..Pertemuan
kalian yang pertama itulah hari terakhir dia dikota ini.” Selera makan ku hilang.Aku tak dapat berkata apa-apa.,. Tanpa bertanya Risky memulai pembicaraannya lagi. “Aku tak bisa menjelaskan bagaimana
keadaanya sekarang, yang aku tau dia masih mengingat mu, dia tak pernah
berhenti bercerita tentang dirimu, dia sangat ingin bertemu denganmu
menceritakan segalanya, tapi dia takut kecewa dengan sikapmu nanti setelah tau
bagaimana keadaannya. Don aku tidak dapat membantu mu apa-apa, aku hanya dapat
memberikan ini (mengeluarkan secarik kartu nama) ini alamat rumah Nina yang baru, temuilah dia, dan
jelaskan perasaanmu”. Aku mengambilnya, “Tangerang…??? Astaga selama ini dia di
Tangerang..!! kenapa aku tidak merasakan dia sedekat itu denganku.Aku pergi
meninggalkan Risky
tanpa mengucapkan terima kasih.
Malam
itu juga aku terbang menuju Tangerang. Aku tak tau apa yang kurasakan. Bahagia? Pasti, aku juga penasaran maksud
perkataan Risky…
bagaimana keadaannya..? masih seperti dulukah..? aku tak sabar menemuinya esok
pagi.Mengapa pagi terasa lebih lama dari biasanya, atau aku yang tak sabar
untuk segera bertemu dengannya. Pagi sekali aku sudah rapi, mobil sudah bersih
dan aku pun segera menuju alamat yang ada dikartu nama itu.
Ini..ini
rumahnya, mewah sekali pasti dia sudah menjadi orang sukses. Aku tak sabar
ingin menunjukan pada orangtuanya diriku yang sekarang. Ting…tong… ku pencet
belnya berkali-kali tak ada jawaban. “Cari siapa mass…?” ucap seorang wanita
tua membukakan pintu.“ Nina, ada
bu..?? boleh saya bertemu dengannya?. Tanyaku cepat.“ NonNinanya
nggak ada mas, kalau jam segini biasanya
non Nina di taman
depan kompleks mas, coba deh liat kesana.” Aku langsung menuju arah taman.
Jantung ku bereaksi, mulai mempercepat denyutnya ketika taman sudah nampak di
depan mataku. “Nina
kamu dimana..? aku tak sabar melihat wajahmu lagi”. Disana di bawah pohon rindang tampak
seorang wanita muda duduk dibawahnya.Aku segera menghampirinya, dia kaget tak
percaya. “Nin…. Maaf aku mengganggumu lagi?” sapaku.Dia menoleh kearahku.Aku
duduk disebelahnya. “Doni..? kenapa kamu bisa ada disini..??. “ panjang
ceritanya Nin,
bagaimana keadaanmu..?? Nin
kenapa kamu menghindar waktu itu, aku menunggu mu setiap hari..?” ucapku
memelas. “ Keadaanku
seperti yang kamu lihat ini, aku bukan menghindar, aku hanya kaget akan
pertemuan kita secara tiba-tiba, maafkan aku yang tidak dapat menjelaskannya
saat itu.” Jawabnya dengan wajah murung.“ Tak apa Nin….aku kangen kamu Nin..?maafNin aku meninggalkan mu waktu itu, aku
hanya ingin mengejar cita-cita ku, untuk membuktikan kepada orang tua mu. Nin
mungkin aku laki-laki yang paling tolol, karena udah pernah ninggalin kamu, Nin aku bertemu kamu hanya ingin minta
maaf, apa
kamu mau maafin aku Nin?”.Aku
langsung mengungkapkan perasaan ku pada wanita ini, aku tak ingin menyianyiakan
waktu lagi.“ Aku
sudah memaafkanmu jauh-jauh hari, karena aku tau kamu pasti punya alasan
meninggalkanku.” Jawabnya biasa.Tuhan ternyata dia masih wanita yang kukenal
dulu.
Pagi
itu adalah pagi yang paling indah di kota Tangerang menurutku. “Nin kalau aku boleh minta maukah kau menjadi
pendamping hidupku..?? Aku
tak ingin menjadikan mu pacar, aku ingin menjadikan mu ibu bagi anak-anakku
nanti Nin..? ucapku
gemetar. Aku ingin mengunggkapkannya hari ini juga, tak ingin membuang banyak
waktu.Aku takkan
ingin impian itu hanya
tertanam dalam mimpi, aku ingin mewujudkannya. “Aku gak bisa Don, aku minta maaf”, dia meneteskan air mata. “Kenapa Nin..? kamu sudah punya pacar..?? aku
dengar dari risky kamu belum punya siapa pun dalam hidupmu..?bukankah umur kita
sudah sewajarnya untuk memiliki pasangan hidup?. “ Don aku tak pernah mencoba
berpindah kelain hati, bukan karena umur don, aku tak yakin kau mau menerima
apa adanya aku lagi don.” Aku menerima Nin,
aku menerima segela apa pun adanya kamu, percayalah cinta pertama ku. “Aku yakin kekuatan cinta pertamalah yang
mempertemukan kita kembali Nina!”
aku bergetar memegang tangannya. “Lepas
lah Don… meski pun
cinta pertama adalah cinta yang berbeda dari cinta-cinta lainnya, tapi kamu
harus tau, aku bukan cinta pertamamu yang dulu, aku juga sudah berbeda Don!” Nina menghepaskan tangan ku.“Apa?Apa yang berbeda dari mu..? kamu
masih Nina yang dulu, Nina yang masih sangat aku cintai?. “Don aku berbeda, apa kamu mau menerima ku
dengan keadaan ku ini.” Dia membuka roknya, aku terkejut, ketika dia melepaskan
kaki palsunya. “Ini
don, kamu mau menerimanya..? Aku
tak mencari cinta yang lain karena aku takut tak ada yang menerima ku dengan
kekurangan ini. Hari itu aku tau kamu
akan berangkat ke Tangerang aku ingin segera menyusul mu Don, dan ingin segera mengatakn bahwa
orang tuaku telah menyetujui hubungan kita, aku, ayah dan ibu, berada dalam 1
mobil Don, kamu masih
ingat tempat pertama kau menemuiku di Medan? Ya ditempat itulah don, aku dan
orang tua ku mengalami kecelakaan saat hendak bertemu dengan mu dibandara.
Alhamdulilah aku selamat hanya kaki kanan ku yang tak tertolong, aku terpukul
ketika tau orang tua ku meninggal Don.Aku
pindah ke Tangerang untuk melupakan segala kenangan yang ada di Medan, aku
ingin menemuimu tapi aku takut kau tak menerima ku”.Aku bagai disambar petir,
bibirku kaku, tak mampu mengucapkan apapun.Rasanya ingin kubunuh diriku sendiri
saat itu.“ Nin
maaf aku tak tau akan seperti ini kejadiannya, aku minta maaf Nin….” Aku bersujud dihadapannya. “Tak apa lah don, aku memaafkan mu dan ini
bukan kesalahan mu, mungkin ini takdirku.” Ucapnya dengan mata yang sendu.“
Nina ardiani… maukah kau menikah dengan ku..?” “ aku bersedia jika kau bersedia
menerima ku dengan satu kaki don, aku mencintai mu!”. “ Nin, kaki yang dua ini
lah yang akan membantu mu berjalan menghabiskan waktu terakhir kita, karena aku
yakin kekuatan cinta pertama mengalahkan segalanya Nin!”.
0 komentar